CNBTV.CO.ID – Balikpapan – Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Balikpapan menggelar rapat pemetaan lokasi fokus (lokus) penanganan kasus di Aula Bappeda Litbang Kota Balikpapan, Rabu (21/6/2023). Rapat ini bertujuan agar upaya pengentasan stunting oleh TPPS di lokus-lokus yang telah ditentukan, mendapat perhatian khusus.
Kepala Bappeda Litbang Kota Balikpapan Murni mengakui apabila data prevalensi stunting di Kota Balikpapan kian menghawatirkan.
“Dari 2020 sampai 2022 cenderung meningkat. Padahal secara nasional dan provinsi cenderung menurun. Ini yang perlu menjadi perhatian khusus,” katanya.
Saat ini, telah dilakukan pengumpulan data anak melalui e-PPGBM atau Pencatatan Pelaporan GIZI Berbasis Masyarakat di seluruh wilayah Balikpapan. Sebenarnya, pelaksanaan pengumpulan data ini dilakukan enam bulan sekali oleh kader posyandu.
Hasil pengumpulan data tersebut berupa data berbasis nama dan alamat bayi terukur. Dengan demikian upaya intervensi diyakini akan lebih mudah.
“Selain itu kami juga menggunakan aplikasi Aksi Bangga. Ada 29 indikator yang lebih rigit. Dari 34 kelurahan, terdapat hasil peta analisa jumlah anak stunting di Balikpapan,” jelasnya.
Menurut aplikasi e-PPGBM, jumlah kasus stunting tertinggi terdata di wilayah Kelurahan Graha Indah. Namun, menurut aplikasi Aksi Bangga justru terjadi di wilyah Kelurahan Karang Rejo.
Sementara, untuk data kasus teredah, pada aplikasi e-PPGBM adalah Kelurahan Gunung Bahagia dan Batu Ampar. Namun, aplikasi Aksi Bangga menunjukan wilayah Gunung Samarinda Baru.
Berdasarkan peta keluarga berisiko stunting, jumlah tertinggi terdata di wilayah Karang Rejo. Sedangkan paling rendah terdata di Kelurahan Gunung Samarinda Baru.
“Berdasarkan peta prevalensi stunting, itu tertinggi di Kariangau sebesar 20,63 persen. Sedangkan Sumber Rejo terendah, 1,36 persen,” bebernya.
Dari analisa tersebut, TPPS membuat pemetaan lokasi prioritas percepatan penurunan stunting 2023 tahun berjalan dan 2024 tahun rencana.
“Ada delapan kelurahan, yakni Karang Rejo, Batu Ampar, Sepinggan, Baru Ulu, Graha Indah, Kariangau, Damai dan Manggar,” urai Murni.
Di lain pihak, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan Alwiati mengakui, penanganan stunting selama ini sudah dilakukan secara menyeluruh. Namun, menurut hasil evaluasi, penanganan secara keseluruhan ini malah memberatkan dan terkesan lamban.
“Jadi kita ambil lokus yang terbesar permasalahannya. Ada delapan lokus terbesar untuk kami lakukan intervensi. Tapi yang tidak masuk dalam lokus bukan berarti tidak dilaksanakan intervensi. Hanya delapan ini yang kita harus sama-sama keroyokan datang ke situ untuk melakukan intervensi,” jelas Alwiati.
Lebih lanjut dia menerangkan, setiap harinya TPPS memastikan bahwa anak-anak stunting mendapat asupan makan sesuai dengan kebutuhan gizi.
“Informasinya ada penambahan yang merupakan daerah warning, yaitu Lamaru. Jadi ada peningkatan. Itu juga jadi perhatian kami, jangan sampai lepas lagi,” tuturnya.