CNBTV.CO.ID – BALIKPAPAN, Pemkot Balikpapan mengelar kegiatan Umat Peduli Inflasi dengan mengusung tema perkuat sinergi menjaga stabilitas harga pangan di Kota Balikpapan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyambut di Bulan Suci Ramadhan 1445 Hijriah bekerjasama dengan TPID, Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Kemenag, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU), Pengurus Daerah Muhammadiyah dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Balikpapan, di Masjid Agung At Taqwa, Jumat (8/3/2024).
Seketaris Daerah (Sekda)Kota Balikpapan Muhaimin mengatakan, kegiatan umat peduli inflasi ini dilaksanakan dalam rangka menjelang bulan suci Ramadan 1445 Hijriah. Menyusul kenaikan harga kebutuhan pokok yang terjadi saat ini.
“Ini salah satu upaya ini dalam rangka menjaga kestabilan harga bahan pokok (bapok) dan merespon kebutuhan bahan pokok masyarakat,” ujar Muhaimin.
Menurut Muhaimin, berdasarkan data BPS kondisi inflasi di Kota Balikpapan pada Februari sekitar 0,88 persen. Capaian ini lebih rendah dari Januari 0,10 persen dan tahunan 3,22 persen.
“Penyebab inflasi salah satunya angkatan udara. Apalagi jelang idul fitri dan karena imbas pembangunan IKN,” jelasnya.
Dikatakannya, kenaikan harga beras dan sayuran terjadi terbatasnya produksi beras di daerah penghasil dan fenomena elnino.
“Kebutuhan di Balikpapan juga masih banyak yang disuplai dari luar daerah. Untuk itu. Pemkot dan TPID mengajak warga untuk bijak dalam berbelanja dan melakukan kegiatan pasar murah, termasuk melakukan pemantauan harga dan stok pangan, serta kerja sama dengan daerah penghasil,” jelasnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kota Balikpapan, Robi Ariadi mengatakan, tingkat inflasi tahunan yang masih cukup tinggi tersebut disebabkan oleh supply bahan pangan yang mayoritas didatangkan dari luar Balikpapan.
Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri, karena volatilitas harga pangan sangat dipengaruhi oleh dinamika harga di luar Balikpapan.
“Untuk itu upaya menciptakan kemandirian pangan menjadi agenda prioritas yang perlu disinergikan dengan semua pemangku kepentingan,” ucapnya.
Adapun komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada bulan Februari 2024 antara lain beras, angkutan udara, ikan layang, udang basah, dan sawi hijau.
Menurut Robi, Kenaikan harga beras disebabkan oleh bergesernya masa panen serta adanya kejadian banjir yang melanda daerah pemasok. Kemudian, inflasi angkutan udara didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara oleh beberapa maskapai khususnya low-cost carrier sejalan dengan kenaikan permintaan ditengah mobilitas masyarakat yang meningkat.
“Sementara kenaikan harga ikan layang berkaitan dengan hasil ikan tangkap yang menurun. Adapun kenaikan sawi hijau disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga menurunkan produksi,” tegasnya.
Di sisi lain, laju inflasi di Kota Balikpapan tersebut tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami deflasi antara lain daging ayam ras, tomat, bawang merah, bayam, dan minyak goreng.
Dilanjutkan, seiring dengan hadirnya Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2022 oleh BPS. Terdapat penambahan kota sample inflasi baru di wilayah kerja KPw BI Balikpapan, yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang mulai rilis per Januari 2024.
Kondisi inflasi terkini menunjukkan perbaikan secara bulanan. IHK Kabupaten PPU pada bulan Februari 2024 mengalami inflasi sebesar 0,15 persen (mtm). Angka ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan bulan Januari yang sebesar 0,77 persen (mtm).
“Sementara secara tahunan, inflasi IHK Kabupaten PPU tercatat sebesar 3,71 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional 2,75 persen (yoy) dan inflasi gabungan 4 Kota di Provinsi Kalimantan Timur 3,28 persen (yoy),” ungkapnya.
Ke depan, yang harus terus diwaspadai antara lain masih tingginya harga beberapa komoditas pangan. Utama khususnya beras dan cabai merah di tengah pasokan yang belum stabil.
Potensi peningkatan untuk berbagai komoditas pangan dan jasa di Kota Balikpapan dan Kabupaten PPU. Juga patut dikawal ketat menjelang Ramadhan dan IdulFitri 2024. Potensi lainnya yang perlu dicermati adalah berlanjutnya peningkatan tarif angkutan udara. Khususnya low-cost carrier menjelang bulan puasa.
“Selain itu. Peningkatan curah hujan dan potensi bencana hidrometeorologi perlu diwaspadai. Karena dapat menjadi pemicu penurunan produksi pangan termasuk risiko bencana banjir di beberapa wilayah,” tutupnya.